Hakikat Novel sebagai Karya Sastra

jenis jenis sastra. (freepik/freepik)
Hakikat Novel sebagai Suatu Karya Sastra. (freepik/freepik)


Sertapuisi.blogspot.com - Menurut Webster’s New Collegiate Dictionary (dalam Tarigan, 1991: 120), kata fiksi dalam bahasa Inggris disebut fiction yang diturunkan dari bahasa latin fictio, fictum yang berarti membentuk, membuat, mengadakan, dan menciptakan.


Dikatakan oleh Tarigan (1991: 122) bahwa fiksi juga bersifat realitas, sedangkan nonfiksi bersifat aktualitas. Penulis fiksi harus dapat menghidupkan tokoh, peristiwa dan cerita agar pembaca menaruh perhatian serta yakin akan hak yang terjadi itu.


Pembagian fiksi dapat berdasarkan isi maupun bentuknya. Menurut Lubis (dalam Tarigan, 1991: 157-162) berdasarkan isinya, fiksi dapat diklasifikasikan atas romantik, realisme, sosialis realisme, naturalisme, ekspresionisme dan simbolisme. Romantik ialah cara mengarang yang mengidealisasikan penghidupan dan pengalaman manusia yang menekankan pada hal yang lebih baik. Realisme secara umum menulis apa yang dilihat dalam kehidupan dalam segi jasmani, sehingga mengesampingkan aspek rohani. Sosialis-realis dimaksudkan untuk menuliskan penghidupan yang materialisme dan dangkal berdasarkan dogma Marxisme tentang sejarah dan masyarakat. Realisme sebenarnya adalah penulisan yang berusaha menggambarkan kehidupan yang mencakup segala segi kehidupan baik dalam manifestasi jasmani, intelek, maupun rohaninya secara utuh. Naturalisme merupakan penulisan yang memusastkan pada kehidupan manusia dengan hasrat dan kekurangan-kekurangan kemanusiaannya.


Ekspresionisme adalah penulisan yang menonjolkan luapan-luapan dari jiwa si pengarang sendiri.


Jenis terakhir adalah simbolisme yang diartikan bahwa penulisan sastra banyak menggunakan simbol-simbol untuk menggambarkan suatu kehidupan atau perasaan manusia.


Dalam khazanah kasusastraan, karya fiksi berdasarkan bentuknya dapat dibedakan menjadi roman atau sering di sebut juga novel, novelette dan cerpen.


Namun, pada dasarnya, perbedaan tersebut terletak pada kadar panjang-pendeknya isi cerita, kompleksitas isi cerita, serta jumlah pelaku yang mendukung cerita. Unsur-unsur yang terkandung dalam karya fiksi dan cara pengarang memaparkan isi cerita memiliki kesamaan meski dalam unsur-unsur tertentu mengandung perbedaan. Oleh karena itu, hasil telaah suatu roman, misalnya pemahaman ataupun ketrampilan melalui telaah tersebut dapat diterapkan dalam menelaah novel maupun cerpen (Aminuddin, 1987: 66-67).


Menurut Yassin (dalam Nurgiyantoro, 2009: 15), roman adalah cerita yang ditulis dalam bahasa roman yaitu bahasa rakyat Prancis pada abad pertengahan. Roman juga dapat diartikan sebagai cerita prosa yang melukiskan pengalaman lahir dari beberapa orang yang berhubungan satu sama lain dalam suatu keadaan. Sedangkan Virginia Wolf (dalam Tarigan, 1984: 30) mengemukakan bahwa novel adalah sebuah eksplorasi atau satu kronik penghidupan, merenungkan dan melukiskan dalam bentuk tertentu, pengaruh, ikatan, kehancuran atas tercapainya gerak-gerik hasrat-hasrat Menurut Frye dalam Nurgiyantoro (2009: 15), roman lebih tua daripada novel. Roman tidak berusaha menggambarkan tokoh secara nyata (realistis).


Roman lebih merupakan gambaran angan, dengan tokoh yang bersifat introvert dan subjektif. Di sisi lain, novel lebih mencerminkan gambaran tokoh nyata, tokoh yang berangkat dari realitas sosial. Meskipun novel, cerita pendek dan roman sering dibedakan. Namun, pada perkembangan selanjutnya antara novel dan roman sudah tidak dibedakan lagi. Sedangkan antara novel dan cerita pendek masih dibedakan. Pembedaan tersebut tidak hanya terletak pada panjang pendeknya cerita, melainkan meliputi aspek-aspek pembentuk lainnya karena pada dasarnya novel merupakan bentuk pencitraan yang bebas, lebih rinci, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2009: 8-12).


Secara rinci, novel berasal dari bahasa latin novellus, diturunkan dari kata novies yang berarti baru. Novel merupakan karya sastra yang paling baru dibandingkan puisi, drama, dan lainnya. Dalam The American College Dictionary, novel diartikan sebagai suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata yang representatif dalam suatu alur atau keadaan yang agak kacau atau kusut. Novel merupakan suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir suatu konflik yang mengalihkan jurusan nasib mereka (Suroto, 1989: 19). Dari segi jumlah kata, biasanya suatu novel berkisar antara 35.000 hingga tak terbatas jumlahnya (Tarigan, 1991: 164-165).


Dalam bukunya, Peyroutet (1991: 12) menyatakan bahwa cerita novel memiliki beberapa jenis, yaitu: 1) le récit réaliste, adalah novel yang menggambarkan kejadian secara nyata, 2) le récit historique, adalah novel yang menceritakan fakta pada suatu masa, 3) le récit d’aventures, novel yang menceritakan tentang petualangan dan kejadian-kejadian mengejutkan yang dialami tokoh, 4) le récit policier, adalah novel yang menceritakan tentang pahlawan, polisi, maupun detektif, 5) le récit fantastique, novel yang menceritakan kisah aneh dan irrasional, dan 6) le récit de science-fiction, novel yang menceritakan suatu kisah yang dipadukan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.


Goldmann dalam Faruk (1994: 31) membagi novel menjadi tiga jenis, yaitu novel idealisme abstrak, romantisme keputusasaan, dan novel pendidikan. Novel jenis pertama menampilkan tokoh yang masih ingin bersatu dengan dunia. Novel tersebut memperlihatkan suatu idealisme. Novel kedua menampilkan kesadaran hero yang terlampau luas, sehingga berdiri sendiri dan terlepas dari dunia. Sang hero cenderung pasif. Novel ketiga berada di antara keduanya, yaitu sang hero mempunyai interioritas dan juga ingin bersatu dengan dunia. Hal tersebut disebabkan oleh adanya interaksinya dengan dunia, hero itu mengalami kegagalan dan menyadari sebab kegagalan itu.


Dalam menggambar dunia roman (novel) penulis mau tidak mau melakukan kegiatan kreatif, dimulai dari menyeleksi bahan-bahan dari seluruh kenyataan yang tak terbatas, kemudian menciptakan struktur naratif dengan sudut pandang tertentu yang membatasi kebebasannya selaku penggambar kenyataan.


Selanjutnya, Tarigan (1991: 171-172) menegaskan bahwa seorang novelis adalah seorang yang humanis karena berfungsi memperkenalkan pembaca pada pengetahuan tentang tabiat manusia yang serba kompleks dalam bahasa yang terpilih.

-----
Itulah Hakikat dari Novel sebagai Suatu Karya Sastra yang bisa diposts sertapuisi.blogspot.com, semoga post-post yang dishare bermanfaat.***

Post a Comment for "Hakikat Novel sebagai Karya Sastra"