KUMPULAN PUISI-PUISI CINTA KARYA SHUNTARO TANIKAWA DAN WS RENDRA

sertapuisi.blogspot.com: Berikut adalah contoh karya sastra syair dari penyair tokoh dunia dan Nasional W.S. Rendra dan Shuntaro Tanikawa.


Shuntaro Tanikawa adalah Penyair Jepang. Ia lahir di Tokyo dan menjadi dewasa pada tahun-tahun setelah Perang Dunia II. Dia pernah menggambarkan iklim intelektual dan kreatif Jepang pasca-perang sebagai suram dan eksistensial, dengan penyair berpaling dari kode dan konvensi ayat tradisional: "Itu adalah periode semacam vakum bagi kita, dan tidak ada yang tahu apa yang harus dipercaya," Kata Tanikawa. “Banyak dari generasi saya yang kuliah menjadi terlibat dalam berbagai gerakan politik, tetapi saya tidak kuliah sehingga agak terisolasi dari aktivitas politik teman-teman saya. Dalam film-film Barat, saya menemukan posisi yang dapat saya simpati. Saya merasakan kegembiraan yang luar biasa ketika seorang pria pergi ke perbatasan. "


Puisi Tanikawa mencerminkan sikap metafisik dan kuasi-religius terhadap pengalaman. Dengan bahasa yang singkat dan sederhana, dia membuat sketsa ide-ide yang mendalam dan kebenaran emosional.


Dr. H.C Willibrordus Surendra Broto Rendra, S.S., M.A. atau dikenal sebagai W.S. Rendra adalah penyair, dramawan, pemeran dan sutradara teater berkebangsaan Indonesia. Sejak muda, dia menulis puisi, skenario drama, cerpen, dan esai sastra di berbagai media massa.


BERIKUT KUMPULAN PUISI-PUISI CINTA KARYA SHUNTARO TANIKAWA DAN WS RENDRA:

“Untuk Perempuanku”

https://sertapuisi.blogspot.com/
Kehidupan yang seperti itu terus berlanjut
Malam hari di bawah lampu jalanan
Pagi hari di atas tempat tidur yang kusut


Oleh karena itu aku memerlukanmu
Lelaki seperti apapun pasti berkata begitu
Selama kehidupan seperti itu terus berlanjut
Siang hari di tengah keramaian
Petang hari di balik pintu dapur
Laki-laki berkata kepada perempuan
Aku ingin mencintaimu
Perempuan berkata kepada laki-laki
Aku mencintaimu
Selama kehidupan seperti itu terus berlanjut
Di jalan ladang pada bulan Juni
Selama bunga stroberi hutan mekar
Di kamar yang dingin di bulan Januari
Selama air panas masih mendidih


Oleh karena itu, aku memerlukanmu
Selama kehidupan seperti itu terus berlanjut
Selama satu hari tidak berakhir sampai kapan pun


(Shuntaro, 2010:58)


“Surat Cinta”

Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah
Wahai, Dik Narti,


aku cinta kepadamu!


Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis
mengibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai, Dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku!


Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak’kan kunjung diundurkan.


Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis.
Di muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, Dik Narti,
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan.


Aku melamarmu.
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
daripada yang lain….
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.


Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit.
Lalu tumpahlah gerimis.
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuat
bagai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.


Engkau adalah putri duyung
tawananku.
Putri duyung dengan suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
Wahai, Putri Duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu


Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
karena langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal bersenda gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya.
Wahai, Dik Narti,
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku!


(Rendra, 2010: 8)


Punya karya sendiri untuk kata, puisi serta pantun selain dari penyair Shuntaro Tanikawa dan WS Rendra, baik yang singkat maupun panjang? bagikan dikolom komentar agar kami kumpulkan sebagai referensi pengunjung sertapuisi.blogspot.com

Post a Comment for "KUMPULAN PUISI-PUISI CINTA KARYA SHUNTARO TANIKAWA DAN WS RENDRA"