sertapuisi.blogspot.com, Jelang awal ramadhan 2021 yang diperkirakan jatuh pada tanggal 13 April tahun ini tentu akan disambut gembira meskipun dalam wabah Corona. Wabah Virus corona meskipun belum berakhir namun tidak menyurutkan semangat umat Islam melakanakan ibadah puasa Ramadhan, karena Ramadhan bulan suci sarat keberkahan.
Tentu untuk mendapatkan keberkahan yang harus dilakukan adalah melaksanakan amalan-amalan puasa sesuai perintah Allah dan Sunnah, sebagai bentuk mendalam sujud dan rasa syukur, karena Ramadhan..... Sepenuh hati dan jiwa ini menanti mu Insyaallah.
Jadi Ramadhan bulan suci sarat keridhaan, Jalankan puasa penuh kesabaran, Arif bijaksana tetap tenang di kediaman meski Corona masih mengintai di kegelapan Jelang awal ramadhan 2021/1442 H.
Menjelang 1 Ramadan 1442 Hijriah yang tinggal beberapa hari lagi, mari temukan syair, sajak, serta puisi tentang jelang Ramadhan tahun 2021. Temukan 8 Kumpulan Puisi-puisi tersebut dari hasil karya Prof. Dr. Ali Imron Al Ma’ruf, M.Hum, Komunitas penulis Indonesia-Taiwan (KOPIT) seperti Minie Kholik, Minenk Putri Karso Suyitno, OKTI LI, Dewi Mahari, Yoest Tina, Hutommo Lanank, Hesty Pramytha, beserta Okti Aini di sertapuisi.blogspot.com:
Ramadhan suci nan indah menawan
kali ini menyapaku dengan senyum tertahan
karena insan sedang mendapat ujian
Ramadhan mengajarkan untuk menahan diri dan melawan
Segala nafsu yang meradang
berkerudung kesenangan
Ramadhan bulan suci sarat keberkahan
Saat wabah Corona mengintai di kegelapan
Menimbulkan friksi dan perdebatan
Melahirkan ketakutan dan kegundahan
Tak sedikit yang mengail keuntungan di air genangan
Di atas duka lara penderitaan
rakyat miskin yang kehilangan pekerjaan
mendedah kelaparan
Arif bijaksana tetap tenang di kediaman
Membaca menghayati khusyu’ firman Tuhan
halaman demi halaman
Tak lupa kupintal doa dan kupanjatkan permohonan sepenuh harapan
Wabah Corona yang berkeliaran Cepat pergi menghilang lari berhamburan
Ramadhan bulan suci sarat keridhaan
Jalankan puasa penuh kesabaran
Melawan nafsu durjana berbaju kesenangan
Menghadang kemaksiatan bertopeng kegembiraan
Memerangi hasrat berhijab kepuasan
Dengan Mahakuasa-Nya dan Maha Rahman
Niscaya Dia akan melempangkan jalan menuju kebahagiaan
Kehidupan nan sarat keberkahan dan keridhaan.
Solo, 1 Mei 2020
kala tersambut kubersimpuh rendah,
menengadah dermaga indra basah bisik lirih,
Alhamdulillah Terngiang sahutan damai bak mengurai embun segar sadar dan taubat dimulai berharap hingga kehidupan usai Agh...
tayangan indah tersendat si komandan
serahkan mandat ngaungnya singa nan lantak
menggiringku mencipta jejak klik pause bayang indahnya babak Hakikat abdi hanya Sang pusat yakinku,
tali putih tetap mengikat irama alunan sendu menyirat menembus tarikan angin sesat
Dia-pun menilai dengan janji Akhirat
Duhai Ramadhan bulan rinduku
saksikan senyumku menyambutmu berteman komando tak berhati kuberusaha
khusyuk melalui Nostalgia
kembali memancing ceria hanya bayang teman setia Alhamdulillah...aku bahagia
Taiwan, 6 Agustus 2010
Gema suci mulai terasa...
Mengalir di setiap detak detak relung kalbu ku...
Aku hanya bisa terpekur ...
dalam galau dan gundah hati...
Akankah dapat ku lalui atau...
akan sia sia kah ramdhan ini...
Ya..Allah..ku hanya bisa teriakan nama MU...!!
Akankah Kau dengar senandung kami..
senandung rindu kami pd ramadhan Mu..
senandung rindu kami saat khusyuk berhadapan dengan Mu..
dan senandung rindu kami pada Lailatul Q'dar Mu...
Ya..Allah..andai mampu ku jalani tauhid Mu...
tapi andai kami tak mampu beri kami ampunan Mu...
karena kami disini terpuruk pada ke tidak berdayaan kami...
Wahai Allah Tuhan ku sampaikan salam rindu kami pada ramadhan Mu...
Kelak akan ku jemput ramadhan Mu dengan bersorbankan gema takbir kemenangan ku....
Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar... Laillah ha ilallah hu Allahu Akbar..Allahu Akbar WalillaHilham...
Disudut kamar tidur itu
Engkau tegak menatapku Dalam diam, dalam bisu, tak perduli apa disekitarmu
Keangkuhanmu tak luntur oleh sang waktu
Cermin tua sahabatku,
Tanpa kata kau puji diriku Cantik, sexsi, bersih, ayu Ahhh...sahabatku..,
aku jadi tersipu malu.
Cermin tua kau juga musuhku!
Tanpa perasaan kau hina diriku. Norak, hitam, gemuk, pendek dan layu Dasar musuh..,
kau robohkan dinding percaya diriku.
Hari berlalu dan minggu berganti Bulan berlari,
tahunpun merambat pergi.
Namun cermin tua.., kau tetap setia menemani.
Dengan segala puja dan puji, caci dan juga maki.
Dan menjelang ramadhan kali ini Aku tegak dihadapanmu,
berkaca diri Bantu aku menilai kejujuran hati Tentang hari lalu dan budi pekerti.
Cermin tua sahabatku,
engkau musuh terbaikku
Kupinjam tajam matamu, menatap lekat sanubariku Ahhh ternyata...,
nafsu menggumpal, membiru menyesak kalbu
Amarah membara didasar jiwa yang merana.
Cermin tua sahabatku,
engkau musuh terbaikku
Kejujuranmu membuatku rindu menyambut ramadhan indah itu
Karena dalam rangkumnya...
Kuingin panjatkan do'a-do'a dan leburkan dosa-dosa.
Larangan ini
Menggebuk nurani
Perbedaan jalan tajam menganga...
Kiri kanan hamparan goda
Tenggelam menciut buih tersaput Formosa,
tinggalmu bukan dibalik kemulmu.
1 Syawal 1442 Hijriyah banjir kata menghujan darah
Langkah, lirih, tatapan ucapan, deru dan perasaan
Bukan menahan asupan atau nutrisi tidak seimbang
Hakiki mahluk wajar yang diciptakan dari pijar
Memuja dan merindukan cinta kenaikan arsy Nya
Dalam remang ada insan gemetaran
Mencukil bekal pondasi hari dikawal
Ia lakukan di bawah bantal kemulan
Sulit memisahkan sisi takut
Pencipta atau penggaji
Mengagungkan Pencipta diri dan menghargai penggaji
Memupuk taqwa menabung masa dunia
Membiakkan syahwat menghujat niat
Lilit usus pemeras keringat
haus Namun tetesan penghargaan hanya dibalik awan
Kehilangan aqidah lenyap itikaf dilebur salah kemana kebiasaan di rumah muslimin muslimah?
mereka yang tersayat jiwa dan kalbunya mereka yang terluka hampa dan rasanya mereka yang tersunat niat dan seujung taat mereka yang tersisih dari keyakinan dan impian
Jika hak manusia beragama apa bedanya kami teraniyaya?
Ramadhan sesemilir kebisuan yang terlahir
Undang-undang yang terbungkam pemaksaan yang terjalur karam Rongrongan nafsu menggelitik melongok disela cuti dan purnama picik
Harusnya berhenti bertanya saat nadi ditelikung kaum duafa
Jika semua adalah hak mereka, lantas apa kewajiban mereka?
note : Elegi adalah syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan duka cita
Hembusan angin ramadhan semakin terasa menghampiriku... Betapa terasa sejuknya mengalunkan irama keindahan di hari yg penuh berkah dan ampunan ini.
Ya Allah....
Aku masih di sini dengan segala kekurangan dan kelemahanku.
Ku Moho HidayahMU sucikan hati dan pikiranku, agar mampu dan selalu tabah untuk terus menjalankan perintahMU.
hembus nafashku kian lemah
terlunta dalam penatnya hidup melupakan makna
diri yang sejati
aku hilang dalam sibuk ku
aku lenyap dalam kefanaan dunia
merangkakpun aku sanggup demi memahat pondasi istana duniawi
aku terpaku memandang bayang dalam gelap
ya allah..
alangkah nistanya aku melalaikan_Mu
terbuai kenikmatan sesaat terperosok di jurang tak beralas
masih pantaskah aku mengaku umat Muhammad
saat aku tak pernah lagi bersolawat
aku malu menatap wajahku cermin-cermin itu mengejekku aku ingin berlari..
tapi kemana?
di ujung syakban kau datangkan rahmat ramadhan penuh berkat
bulan penuh hikmad wahai ar-rahman yang maha pengasih
ijinkan aku sekali lagi merasakan kasih_Mu
wahai ar-rahim yang maha penyayang aku ingin menjadi yang kau sayang
bismillahirrohmanirrohim kubuka lembar baru dalam diaryku berharap goresan pena yang menghiasinya membawaku dalam tafakkur
MARHABAN YARAMADHAN
Pekat malam memikat kelam Bulir detik bergulir tiada disadar
Nikmatnya nyenyak tercumbui mimpi
Betapa letih raga telah berpendar
Senyap dicekat
Saat berdentang sirine bunyi handphone
Dari bawah penyangga kepala tak bertenaga
Tersentak Bergeliat Erangan enggan telak mencuat
Sedang deringan terus mendesak
Terangkatlah sambungan masih dalam pejam
Namun salam tak luput menyambut
Tak peduli siapa gerangan di seberang "Wa'alaikumsalam sayang...." "Sahurrrr....mama sahurrr..."
Beruntun gaung suara malaikat jiwa
Dari dua makhluk terindah penyemangat nyawa
Enggan enyah sudah
Geliatan pergi entah
Senyum terkulum beratribut indah
Sekejap mata Suami suguhkan semangkuk menu sahur cinta
Putriku pernikmat dengan secawan keceriaan ramadhan
Begitu kehangatan selaksa tercipta
Dalam sahur bersama meski sendirian
Tentu untuk mendapatkan keberkahan yang harus dilakukan adalah melaksanakan amalan-amalan puasa sesuai perintah Allah dan Sunnah, sebagai bentuk mendalam sujud dan rasa syukur, karena Ramadhan..... Sepenuh hati dan jiwa ini menanti mu Insyaallah.
Jadi Ramadhan bulan suci sarat keridhaan, Jalankan puasa penuh kesabaran, Arif bijaksana tetap tenang di kediaman meski Corona masih mengintai di kegelapan Jelang awal ramadhan 2021/1442 H.
Menjelang 1 Ramadan 1442 Hijriah yang tinggal beberapa hari lagi, mari temukan syair, sajak, serta puisi tentang jelang Ramadhan tahun 2021. Temukan 8 Kumpulan Puisi-puisi tersebut dari hasil karya Prof. Dr. Ali Imron Al Ma’ruf, M.Hum, Komunitas penulis Indonesia-Taiwan (KOPIT) seperti Minie Kholik, Minenk Putri Karso Suyitno, OKTI LI, Dewi Mahari, Yoest Tina, Hutommo Lanank, Hesty Pramytha, beserta Okti Aini di sertapuisi.blogspot.com:
8 PUISI
RAMADHAN DALAM GEMPITA CORONA
Karya: Prof. Dr. Ali Imron Al Ma’ruf, M.HumRamadhan suci nan indah menawan
kali ini menyapaku dengan senyum tertahan
karena insan sedang mendapat ujian
Ramadhan mengajarkan untuk menahan diri dan melawan
Segala nafsu yang meradang
berkerudung kesenangan
Ramadhan bulan suci sarat keberkahan
Saat wabah Corona mengintai di kegelapan
Menimbulkan friksi dan perdebatan
Melahirkan ketakutan dan kegundahan
Tak sedikit yang mengail keuntungan di air genangan
Di atas duka lara penderitaan
rakyat miskin yang kehilangan pekerjaan
mendedah kelaparan
Arif bijaksana tetap tenang di kediaman
Membaca menghayati khusyu’ firman Tuhan
halaman demi halaman
Tak lupa kupintal doa dan kupanjatkan permohonan sepenuh harapan
Wabah Corona yang berkeliaran Cepat pergi menghilang lari berhamburan
Ramadhan bulan suci sarat keridhaan
Jalankan puasa penuh kesabaran
Melawan nafsu durjana berbaju kesenangan
Menghadang kemaksiatan bertopeng kegembiraan
Memerangi hasrat berhijab kepuasan
Dengan Mahakuasa-Nya dan Maha Rahman
Niscaya Dia akan melempangkan jalan menuju kebahagiaan
Kehidupan nan sarat keberkahan dan keridhaan.
Solo, 1 Mei 2020
RINDU BULAN BERKAH
Karya: Hesty Pramytha, KOPITkala tersambut kubersimpuh rendah,
menengadah dermaga indra basah bisik lirih,
Alhamdulillah Terngiang sahutan damai bak mengurai embun segar sadar dan taubat dimulai berharap hingga kehidupan usai Agh...
tayangan indah tersendat si komandan
serahkan mandat ngaungnya singa nan lantak
menggiringku mencipta jejak klik pause bayang indahnya babak Hakikat abdi hanya Sang pusat yakinku,
tali putih tetap mengikat irama alunan sendu menyirat menembus tarikan angin sesat
Dia-pun menilai dengan janji Akhirat
Duhai Ramadhan bulan rinduku
saksikan senyumku menyambutmu berteman komando tak berhati kuberusaha
khusyuk melalui Nostalgia
kembali memancing ceria hanya bayang teman setia Alhamdulillah...aku bahagia
Taiwan, 6 Agustus 2010
RINDU KAMI RINDU RAMADHAN
Karya: Dewi Mahari, KOPITGema suci mulai terasa...
Mengalir di setiap detak detak relung kalbu ku...
Aku hanya bisa terpekur ...
dalam galau dan gundah hati...
Akankah dapat ku lalui atau...
akan sia sia kah ramdhan ini...
Ya..Allah..ku hanya bisa teriakan nama MU...!!
Akankah Kau dengar senandung kami..
senandung rindu kami pd ramadhan Mu..
senandung rindu kami saat khusyuk berhadapan dengan Mu..
dan senandung rindu kami pada Lailatul Q'dar Mu...
Ya..Allah..andai mampu ku jalani tauhid Mu...
tapi andai kami tak mampu beri kami ampunan Mu...
karena kami disini terpuruk pada ke tidak berdayaan kami...
Wahai Allah Tuhan ku sampaikan salam rindu kami pada ramadhan Mu...
Kelak akan ku jemput ramadhan Mu dengan bersorbankan gema takbir kemenangan ku....
Allahu Akbar..Allahu Akbar..Allahu Akbar... Laillah ha ilallah hu Allahu Akbar..Allahu Akbar WalillaHilham...
CERMIN TUA
Karya: Yoest Tina, KOPITDisudut kamar tidur itu
Engkau tegak menatapku Dalam diam, dalam bisu, tak perduli apa disekitarmu
Keangkuhanmu tak luntur oleh sang waktu
Cermin tua sahabatku,
Tanpa kata kau puji diriku Cantik, sexsi, bersih, ayu Ahhh...sahabatku..,
aku jadi tersipu malu.
Cermin tua kau juga musuhku!
Tanpa perasaan kau hina diriku. Norak, hitam, gemuk, pendek dan layu Dasar musuh..,
kau robohkan dinding percaya diriku.
Hari berlalu dan minggu berganti Bulan berlari,
tahunpun merambat pergi.
Namun cermin tua.., kau tetap setia menemani.
Dengan segala puja dan puji, caci dan juga maki.
Dan menjelang ramadhan kali ini Aku tegak dihadapanmu,
berkaca diri Bantu aku menilai kejujuran hati Tentang hari lalu dan budi pekerti.
Cermin tua sahabatku,
engkau musuh terbaikku
Kupinjam tajam matamu, menatap lekat sanubariku Ahhh ternyata...,
nafsu menggumpal, membiru menyesak kalbu
Amarah membara didasar jiwa yang merana.
Cermin tua sahabatku,
engkau musuh terbaikku
Kejujuranmu membuatku rindu menyambut ramadhan indah itu
Karena dalam rangkumnya...
Kuingin panjatkan do'a-do'a dan leburkan dosa-dosa.
Elegi Ikatan Bulan
Karya: OKTI LI, KOPITLarangan ini
Menggebuk nurani
Perbedaan jalan tajam menganga...
Kiri kanan hamparan goda
Tenggelam menciut buih tersaput Formosa,
tinggalmu bukan dibalik kemulmu.
1 Syawal 1442 Hijriyah banjir kata menghujan darah
Langkah, lirih, tatapan ucapan, deru dan perasaan
Bukan menahan asupan atau nutrisi tidak seimbang
Hakiki mahluk wajar yang diciptakan dari pijar
Memuja dan merindukan cinta kenaikan arsy Nya
Dalam remang ada insan gemetaran
Mencukil bekal pondasi hari dikawal
Ia lakukan di bawah bantal kemulan
Sulit memisahkan sisi takut
Pencipta atau penggaji
Mengagungkan Pencipta diri dan menghargai penggaji
Memupuk taqwa menabung masa dunia
Membiakkan syahwat menghujat niat
Lilit usus pemeras keringat
haus Namun tetesan penghargaan hanya dibalik awan
Kehilangan aqidah lenyap itikaf dilebur salah kemana kebiasaan di rumah muslimin muslimah?
mereka yang tersayat jiwa dan kalbunya mereka yang terluka hampa dan rasanya mereka yang tersunat niat dan seujung taat mereka yang tersisih dari keyakinan dan impian
Jika hak manusia beragama apa bedanya kami teraniyaya?
Ramadhan sesemilir kebisuan yang terlahir
Undang-undang yang terbungkam pemaksaan yang terjalur karam Rongrongan nafsu menggelitik melongok disela cuti dan purnama picik
Harusnya berhenti bertanya saat nadi ditelikung kaum duafa
Jika semua adalah hak mereka, lantas apa kewajiban mereka?
note : Elegi adalah syair atau nyanyian yang mengandung ratapan dan ungkapan duka cita
SejukMu Ramadhan
Karya: Nola Lorenzo, KOPITHembusan angin ramadhan semakin terasa menghampiriku... Betapa terasa sejuknya mengalunkan irama keindahan di hari yg penuh berkah dan ampunan ini.
Ya Allah....
Aku masih di sini dengan segala kekurangan dan kelemahanku.
Ku Moho HidayahMU sucikan hati dan pikiranku, agar mampu dan selalu tabah untuk terus menjalankan perintahMU.
MARHABAN YA RAMADHAN
Karya: D'zahra Zhou Xiaocie, KOPIThembus nafashku kian lemah
terlunta dalam penatnya hidup melupakan makna
diri yang sejati
aku hilang dalam sibuk ku
aku lenyap dalam kefanaan dunia
merangkakpun aku sanggup demi memahat pondasi istana duniawi
aku terpaku memandang bayang dalam gelap
ya allah..
alangkah nistanya aku melalaikan_Mu
terbuai kenikmatan sesaat terperosok di jurang tak beralas
masih pantaskah aku mengaku umat Muhammad
saat aku tak pernah lagi bersolawat
aku malu menatap wajahku cermin-cermin itu mengejekku aku ingin berlari..
tapi kemana?
di ujung syakban kau datangkan rahmat ramadhan penuh berkat
bulan penuh hikmad wahai ar-rahman yang maha pengasih
ijinkan aku sekali lagi merasakan kasih_Mu
wahai ar-rahim yang maha penyayang aku ingin menjadi yang kau sayang
bismillahirrohmanirrohim kubuka lembar baru dalam diaryku berharap goresan pena yang menghiasinya membawaku dalam tafakkur
MARHABAN YARAMADHAN
SAHUR CINTA
Karya: Minenk Putri Karso Suyitno, KOPITPekat malam memikat kelam Bulir detik bergulir tiada disadar
Nikmatnya nyenyak tercumbui mimpi
Betapa letih raga telah berpendar
Senyap dicekat
Saat berdentang sirine bunyi handphone
Dari bawah penyangga kepala tak bertenaga
Tersentak Bergeliat Erangan enggan telak mencuat
Sedang deringan terus mendesak
Terangkatlah sambungan masih dalam pejam
Namun salam tak luput menyambut
Tak peduli siapa gerangan di seberang "Wa'alaikumsalam sayang...." "Sahurrrr....mama sahurrr..."
Beruntun gaung suara malaikat jiwa
Dari dua makhluk terindah penyemangat nyawa
Enggan enyah sudah
Geliatan pergi entah
Senyum terkulum beratribut indah
Sekejap mata Suami suguhkan semangkuk menu sahur cinta
Putriku pernikmat dengan secawan keceriaan ramadhan
Begitu kehangatan selaksa tercipta
Dalam sahur bersama meski sendirian
Post a Comment for "8 PUISI JELANG RAMADHAN"