Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi

sertapuisi.blogspot.com, - Pendekatan struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena kajian teori strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada kesempatan ini karya sastra yang dimaksud adalah puisi.

https://sertapuisi.blogspot.com/


Penulisan puisi dengan berlandasan teori strukturalisme berarti dalam penulisan puisi memperhatikan unsur-unsur pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik puisi.


Unsur ekstrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat, sedangkan unsur intrinsik puisi yaitu diksi, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritme, dan tata wajah atau tipografi.


Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural yang pertama yaitu memahami unsur intrinsik puisi sebagai berikut:


1. Diksi (pemilihan kata)


Teori strukturalisme menganalisis diksi sebagai unsur intrinsik puisi, diksi adalah pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak gaul), aana(bahasa Arab), (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut dirinya sendiri merupakan proses pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri karena kata aku adalah menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan.


2. Pengimajinasian


Teori strukturalisme menganalisis pengimajinasian sebagai unsur intrinsik puisi dimana pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan pengarang itu dan keadaan hatinya.


3. Kata konkret


Teori strukturalisme menganalisis kata konkret sebagai unsur intrinsik puisi. Kata konkret digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di konkretkan atau diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang.


4. Bahasa figuratif


Teori strukturan menganalisis bahasa figuratif sebagai unsur intrinsik puisi. Bahasa figuratif disebut juga majas, majas adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas mengiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain.


5. Rima/ritme


Teori struktural menganalisis rima/ritme sebagai unsur intrinsic puisi. rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanya pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi.


6. Tata wajah (tipografi)


Teori struktural menganalisis tipografi sebagai unsur intrinsik puisi. tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan bait.


Cara menulis puisi dengan berlandasan teori strukturalisme yang kedua yaitu memahami unsur ekstrinsik puisi, adalah sebagai berikut:


1. Tema


Teori strukturalisme menganalisis tema sebagai unsur ekstrinsik puisi. tema puisi merupakan gagasan utama pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung tidak selalu sama dan besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu, tema puisi yang digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) menyatakan bahwa ”tema puisi diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi pancasila, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial”.
  • Tema ketuhanan. Tema ketuhanan adalah menggambarkab pengalaman batin, keyakinan, sikap pengarang terhadap tuhan.
  • Tema kemanusiaan. Puisi dengan tema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
  • Tema patriotisme. Puisi dengan tema patriotisme/kebangsaan adalah melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.
  • Tema kedaulatan rakyat. Puisi dengan tema kedaulatan rakyat biasanya mengungkapkan penindasan dan kesewenag-wenangan terhadap rakyat.
  • Tema keadilan sosial. Puisi bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial.



2. Perasaan


Teori strukturalisme menganalisis perasaan sebagai unsur ekstrinsik puisi. perasaan merupakan unsur ekstrinsik puisi yang paling mewakili perasaan pengarang, ekspresi dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau sang Khalik.


3. Nada dan suasana


Teori strukturalisme menganalisis nada dan suasana sebagai unsur ekstrinsik puisi. dalam menulis puisi, pengarang mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap pengarang terhadap pembaca di sebut nada puisi sedangkan suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca. 4. Amanat


Teori struktural menganalisis amanat sebagai unsur ekstrinsik puisi. Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang melalui penulisan puisi. amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan.


Itulah pembahasan Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan sebuah Puisi yang dapat dibagikan sertapuisi.blogspot.com!!!

Post a Comment for "Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi"